Welcome to my Support Blog!
Halooo... kawan-kawan, semua artikel saya ada di sini yaaa...

Senin, 30 April 2012

Hari Buruh Jangan Rusuh



PERINGATAN Hari Buruh Internasional di Indonesia besok dibayang-bayangi kekhawatiran bakal meletusnya kericuhan bahkan kerusuhan. Kekhawatiran itu tampaknya dipicu sejumlah aksi buruh belum lama ini yang dianggap mengganggu ketertiban umum.

Kita tentu masih ingat peristiwa penutupan Jalan Tol Jakarta-Cikampek oleh buruh Bekasi yang menuntut upah minimum kota/kabupaten, akhir Januari. Kita juga masih ingat penutupan jalan tol di depan gedung parlemen oleh para buruh yang menolak penaikan harga bahan bakar minyak, akhir Maret lalu.

Pada Hari Buruh 1 Mei 2012, para buruh bakal turun ke jalan. Di Jakarta saja, diperkirakan 50 ribu buruh melakukan long march di titik-titik utama di Ibu Kota.

Pengerahan massa besar-besaran seperti itu juga memicu kekhawatiran bakal terjadinya kerusuhan. Oleh karena itu, aparat keamanan dikerahkan untuk mengawal dan memastikan aksi buruh berlangsung aman.

Aksi buruh pada Hari Buruh Internasional atau yang lazim disebut May Day sesungguhnya berbeda dengan aksi buruh menuntut UMK atau menolak penaikan harga BBM. Buktinya, aksi buruh pada tahun-tahun sebelumnya berlangsung relatif aman.

Mengapa harus aman? Situasi aman tentu membuat publik dapat melakukan aktivitas keseharian. Itu artinya perjuangan buruh menuntut hak pada Hari Buruh tidak melanggar hak publik. Publik akan menaruh simpati kepada perjuangan buruh.

Sebaliknya, bila peringatan Hari Buruh berlangsung ricuh, apalagi rusuh, publik bakal menilai miring perjuangan buruh. Tengoklah betapa geram dan menderitanya publik pengguna jalan tol yang mengalami kemacetan berjam-jam akibat buruh menutup Jalan Tol Jakarta-Cikampek.

Dalam tingkat makro, keamanan suatu negara bisa memacu kemajuan ekonomi. Aksi damai dan tertib yang diciptakan buruh ketika menuntut hak bakal membuat investor merasa aman menanamkan modal.

Sebaliknya, aksi anarkistis para buruh bisa membuat para investor hengkang dan memindahkan modal ke negara lain. Dampaknya, buruh juga yang akan merana karena kehilangan pekerjaan. Aksi anarkistis hanya akan menjadi bumerang.

Aksi buruh pada May Day ialah sebuah peringatan. Sebuah peringatan semestinya menjadi momentum refleksi. Refleksi seharusnya berlangsung dalam suasana tenteram dan aman, tidak memicu kegaduhan, apalagi kericuhan dan kerusuhan.

Dengan melakukan refleksi, peringatan Hari Buruh bukan sekadar rutinitas dan seremonial. Dengan melakukan introspeksi, peringatan Hari Buruh berlangsung dinamis dan produktif.

Bahkan, semestinya bukan cuma buruh yang memperingatinya atau melakukan refleksi di Hari Buruh, melainkan juga pemerintah dan pengusaha.

Pemerintah harus menjadikan Hari Buruh sebagai momentum untuk meningkatkan kesejahteraan para buruh melalui regulasi. Pengusaha semestinya menjadikan May Day sebagai momentum menaati berbagai regulasi demi kesejahteraan buruh.

Rakyat pun bisa ikut merayakan Hari Buruh. Toh, cukup besar rakyat Indonesia adalah buruh atau anak-cucu para buruh.


0 komentar:

Posting Komentar

Komentar terbaru...

Please comment & follow me, I'll follow u 2, tyvm!!!